2. Kelenjar keringat menyerap air dan garam, terutama garam dapur dan darah
di pembuluh kapiler. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori di permukaan
kulit akan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh menjadi tetap. Pada keadaan
normal. keringat akan keluar dari tubuh sebanyak sekitar 50 mL setiap jam.
Beberapa faktor yang dapat memacu pengeluaran keringat antara lain :
1. peningkatan aktivitas tubuh.
2. peningkatan suhu lingkungan, dan
3. goncangan emosi.
3. a. Proses filtrasi (menghasilkan urine primer/filtrat
glomerulus)
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar
dari permukaan aferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung
oleh kapsula bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,
bikarbonat, dll yang diteruskan ke tubulus ginjal. Filtrasi terjadi pada
kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel
endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses
penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan
hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di
glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan
sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti
glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea
melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat
glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garam-garam lainnya.
b. Proses reabsorpsi (menghasilkan urine sekunder/filtrat tubulus)
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium,
klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang
dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada
tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion
bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah.
Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan
sisanya dialirkan pada papilla renalis. Volume urin manusia hanya 1% dari
filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi
secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat
sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke
darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan
dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200
g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi
beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat
yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi
zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari
0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap
melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi
air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
3. Augmentasi (menghasilkan urine sesungguhnya)
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di
tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah
96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Sisa penyerapan urin kembali
yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan
ke ureter masuk ke vesika urinaria.
4. 1. Diet dan Asupan
(intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang
memengaruhi output urine (jumlahurine). Protein dapat menentukan jumlah urine
yang dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine
.2. Respons Keinginan Awal untuk BerkemihKebiasaan
mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine
banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah urine
.3. Gaya HidupPerubahan
gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam
kaitannyaterhadap tersedianva fasilitas toilet
.4. Stres PsikologisMeningkatnya stres dapat
mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal inikarena
meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yangdiproduksi.
5. Tingkat AktivitasEliminasi urine membutuhkan tonus
otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.Hilangnya tonus otot
vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemihmenurun dan
kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas
.6. Tingkat PerkembanganTingkat pertumbuhan dan
perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial
tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih
memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun
dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil
7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat
memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
5. Diabetes mellitus atau penyakit
gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa
darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut mau pun relatif. Umumnya diabetes melittus disebabkan oleh rusaknya
sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau
Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi
kekurangan insulin.
Disamping itu diabetes melittus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap
fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi
karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.
ü Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan
pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).
Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik
(vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih
yang terlalu banyak.
Hormon ini unik, karena dibuat di hipotalamus lalu disimpan dan dilepaskan
ke dalam aliran darah oleh hipofisa posterior.
Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal
tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini (keadaan
ini disebut diabetes insipidus nefrogenik).
10. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam pada
insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi
untuk menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan
dikeluarkan lewat korpus renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam
menjaga keseimbangan air. Hasil yang hilang pada bagian tubulus nefron,
termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran darah. Korpus renalis
lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan tubuh
tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi (agar cairan tubuh
tidak terlalu encer)