Jumat, 03 Mei 2013

Drama bahasa Indonesia


CANCER AND GLOOM
(Kanker dan Kesedihan)
Ketika beberapa anggota keluarga sedang berbincang di ruangan rumah, terlihat salah satu anggota keluarga itu yang menyandarkan kepala kepintu kamarnya. Bibirnya tersenyum saat melihat Ayah, Ibu dan kakaknya asyik berbincang.
Gina : “Benar itu nak ?”
Dewi :”Tentu saja bu, aku yang dapat nilai tertinggi di sekolah. Bahkan semua guru memujiku”
Raka :”Kau sangat pintar, berarti kau benar anak Ayah”
Gina   :”Lalu bagaimana dengan orang yang menyusahkan dan tidak pintar apapun ?” ( sambil melihat kearah Dira) ( semua tertawa )
Indri             :”Hebat sekali kakak” ( tertunduk )
Dengan bibir yang masih tersenyum Dira masuk kekamar. ( Dira terasa pusing, memegang kepala dan memejamkan mata )
Indri            :”Hhmmh... kenapa kepalaku ini, terasa sakit dibagian belakang, sepertinya aku benar-benar sakit. ( Dira pingsan )
Tidak lama kemudian Sabrina yaitu sepupu Dira yang sementara tinggal dirumahnya.
Wati      :”Dira, kenapa kau ? hmm.. sepertinya kau pingsan” ( Sabrina lari keluar kamar )
Wati      :”Tante Rossa... Om Romi... Dira sekarang pingsan, sepertinya mereka keluar semua, bagaimana ini ?” ( dengan wajah cemas )
Ketika Sabrina kembali kekamar Dira sudah membuka matanya.
Wati      :”Kau sudah bangun ?” ( sambil melotot )
Indri           :”Iya, jangan cemas aku hanya merasa pusing saja” ( tersenyum )
Diwaktu yang berbeda April sedang duduk dan menelpon.
Dewi       :”Kau tau tidak, minggu depan aku pergi ke Australia untuk melanjutkan kuliahku, orangtuaku juga ikut bersamaku”
Diana          :”Sudah ku duga kau akan melanjutkan ke luar negeri . pasti kalian tidak akan membawa adikmu itu ya ?” ha... aku hanya bercanda. Sudah dulu ya” ( saat menutup telepon, Donita melihat Dira menuju kekamar Ayah dan Ibu )
Dewi       :”Heh mau kemana kau, Ayah dan Ibu sedang keluar”
Indri           :”Aku mau minta uang untuk membeli obat”
Dewi       :”Kau ini, apakah hobimu itu hanya membeli obat-obatan saja, tidak ada yang lain hah ? kapan kau akan membahagiakan orangtua kita kalau setiap  hari kau hanya bisa menyusahkan mereka” ( Donita pergi sambil memainkan HP )
Gina   :”Kemana Dira ? sepertinya belum ada bunyi pecahan piring di dapur karena kecerobohannya”
Wati       :”Baru saja dia pergi ke rumah sakit dan tidak mau ku antar”
Raka :”Dasar anak tidak nurut, sudah Ayah bilang kan bu dia penyakitan itu karena dia tidak pernah berolahraga dan kerjaannya hanya tidur saja, penyakit itu jangan dimanja”
Setelah pulang dari rumah sakit dengan wajah yang pucat dan capek Dira duduk di depan teras rumah.
Indri             :”Apa dokter memponisku terkena kanker otak ? itu tidak mungkin ?”
Kemudian hal itu Dira bicarakan pada Ayah dan Ibunya.
Raka :”Bagaimana bu Dira terkena kanker otak”
Gina   :”Sebenarnya Ibu tidak terlalu kaget karena memang dia selalu merepotkan seperti ini !”
Keesokan harinya.
( Dira masih tidur )
Gina    :”Dira... Dira... bangun !”
Dewi        :”Bangun Dira ! ayo cepat bangun, memang tidak ada gunanya kau tinggal di rumah ini”
( Dira pergi langsung mengambil kain pel dengan suara kesakitan memegang kepala ) ( setelah Dira selesai mengepel Ayahnya berkata )
Raka :”Dira daripada kau menyusahkan kami dan memalukan keluarga kita lebih baik kau pergi dari sini”
Gina   :”Pergi kau dari rumah ini ! ( sambil mendorong )
Indri            :”Ibu.. Ayah.. apa salahku ?”
Raka :”Pokoknya cepat kau pergi dari sini !”
Indri             :”Baiklah, sekarang saku tidak akan meminta kalian untuk mengobati kanker ini asalkan izinkan aku tinggal disini” ( menangis ) ( Ayah dan Ibu menutup pagar rumah )
Beberapa hari setelah itu.
Indri             :”Kemana lagi aku harus pergi, tidak ada satu tempatpun yang ingin ku tuju” ( kemudian Dira mencengkram kepalanya karena pusing yang semakin parah )
Tidak lama setelah itu turun dari angkot tiga siswa SMA yang menatap Dira dari jauh.
( mereka mendekat )
Adhytia        :”Kenapa kau, sepertinya kau sakit ?”
Riska          :”Kau terkena thalesimia, anemia atau dwarfisme ?”
( Keisha tertawa sambil memegang bahu Helen )
Indri          :”Tidak apa-apa” ( Dira tunduk memejamkan mata )
Adhytia        :”Teman-teman sepertinya Dia benar-benar sedang sakit, tunggu aku beli dulu obat kepala di apotik depan”
Muthia        :”Aku takut melihat wajahnya, gembel atau prang gila ya dia ?”
( Radika berlari membawa obat ) ( setelah obatnya diminum Dira agak membaik )
Helen          :”Rumahmu dimana ?”
( Dira hanya menggelengkan kepala )
Adhytia         :”Kalau begitu kau sekolah dimana ?”
Indri             :”Orang tuaku yang tiga hari lalu mengusirku tidak pernah menyekolahkanku”
( Radika dan Helen melotot terkejut )
Muthia         :”Kalian tidak tau sekarang kan banyak gembel yang triknya seperti itu untuk mendapat iba orang”
Adhytia & Riska :”Keisha !”
Ditempat dan waktu yang berbeda terjadi percakapan antara Radika, Keisha dan Helen.
Adhytia        :”Kalian masih ingat orang yang kemarin?”
Muthia        :”Yang ku ingat hanya bau tubuhnya”
( Radika dan Helen melotot pada Keisha )
Riska          :”Menurutku dia terkena penyakit dikepalanya, kita harus menolongnya”
Adhytia        :”Pertama kita harus cari dulu keluarganya”
Muthia        :”Bukannya kamarin dia bilang punya kakak yang sekolah di BS1”
Mereka bertiga mencari kakaknya, tetapi kakaknya telah pergi ke Australia, mereka berhasil menemukan April teman kakaknya dan menceritakan tentang Dira.
Diana           :”Bagaimana ini, mereka sekeluarga kan sudag pergi ke Australia, mereka sangat tega. Lalu bangaimana apa kau harus menelpon Donita ?”
Diana           :”Donita, adikmu kanker . sekarang disini sendirian, apakah kau tidak kasian ? aku saja yang mendengarkannya merasa iba”
Dewi       :”Benarkah ? pasti dia sangat kesepian”
( teleponnya terputus )
Diana           :”Halo.. halo.. “
Keesokan harinya Radika, Keisha dan Helen mengjajak Dira jalan-jalan ke taman.
Adhytia       :”Oh iya Dira, April teman kakakmu itu juga ingin menemuimu”
Riska         :”Keisha bagaimana kemarin itu apakah Ayahmu mau membantu Dira ?”
( kemudian Aprilpun datang )
Diana         :”Dira.. Dira.. kakak kemarin menelpon kakakmu, sepertinya orang tuamu juga ikut ke Australia”
Indri            :”Benarkah ? kalau begitu apakah kalian tau berapa sisa umur penderita kanker otak ?”
Riska        :”Emm.. kalau tidak salah dua sampai tiga bulan”
Radika & Helen :”Kau terkena kanker otak ?”
Indri          :”Iya” ( sambil mengangguk )
Muthia       :”Ciyus ? miapa ?”
Riska       :”Ah kau ini !” ( sambil menepuk pundak Keisha )
Indri          :”Sebelum aku meninggal aku ingin sekali bertemu dengan Ayah dan Ibu”
Diana          :”Tenang saja, aku akan berusaha untuk membantumu”
Setelah kejadian itu bantuan untuk Dira sangat banyak bahkan Keishapun sekarang ingin membantunya. Dira sudah melakukan operasi pertamanya dan setelah operasi itu dia terlihat membaik, walaupun belum sepenuhnya kanker itu hilang dari kepalanya. Tiga tahun sudah berlalu sekarang Dira bekerja bersama Radika di tokonya.
( ditempat kerja )
Adhytia      :”Apakah kau suka warna merah ?”
( Dira mengangguk )
Adhytia       :”Kalau bunga warna merah ini bagaimana ?”
Indri             :”Tentu saja aku suka”
Adhytia        :”Apakah kau mau menjadi pengisi hatiku ?”
( Dira tersenyum )
Keesokan harinya Dira tidak masuk kerja, sedangkan Radika, Helen, Keisha dan April sudah menemukan keberadaan orang tua Dira yang sekarang sudah pulang dari Australia dan jatuh miskin.
( mereka berempat pergi kerumah Dira yang terlihat sedang terbaring )
Keisha        :”Dira.. Dira.. kenapa ?”
( kemudian Radika menopang kepala Dira )
Radika        :”Dira kau harus kuat, sebentar lagi kau akan bertemu dengan orang tuamu”
Dira             :”Benarkah itu, kalau begitu sebelum aku tidur panjang meninggalkan kalian, sampaikan pada orangtuaku aku sangat menyayangi mereka”
( kemudian semua orang disana menangis dan memeluk Dira )
Sekarang Dira sudah meninggalkan kita semua.
( Radika, Keisha, Helen dan April bertemu dengan Ayah, Ibu dan kakak Dira )
April            :”Tante Rossa.. Om Romi.. sekarang anak yang kalian selalu tindas itu sudah tidak ada”
Ibu Rossa    :”Aku tidak percaya, anakku... aku menyesal melakukan semua itu dulu”
Ayah Romi :”Ibu apakah kita pantas disebut orangtua ?”
Ibu Rossa   :”Pokoknya kita harus pergi ke makam anak kita”
Donita        :”Adikku... “
( mereka telah sampai di makam ) ( Kakak, Ayah dan Ibu menangis )
Sabrina      :”Tante, Om sebenarnya kalian tidak pantas menangisinya. Apakah kalian tidak malu menangisi orang yang meninggal ini karena kejahatan kalian”
( Ayah, Ibu dan Kakak menangis )
Setelah semua peristiwa itu terjadi Ayah, Ibu dan kakak menyesal walaupun mereka sekarang hidup berkecukupan tetap saja tidak ada kebahagiaan di hidup mereka karena Dirak tak lagi ada.
THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar