CANCER AND
GLOOM
(Kanker dan
Kesedihan)
Ketika beberapa anggota
keluarga sedang berbincang di ruangan rumah, terlihat salah satu anggota
keluarga itu yang menyandarkan kepala kepintu kamarnya. Bibirnya tersenyum saat
melihat Ayah, Ibu dan kakaknya asyik berbincang.
Gina : “Benar itu nak ?”
Dewi :”Tentu saja bu, aku yang dapat nilai tertinggi di sekolah.
Bahkan semua guru memujiku”
Raka :”Kau sangat pintar, berarti kau benar anak Ayah”
Gina :”Lalu bagaimana
dengan orang yang menyusahkan dan tidak pintar apapun ?” ( sambil melihat kearah Dira) ( semua
tertawa )
Indri :”Hebat sekali kakak” ( tertunduk )
Dengan bibir yang masih
tersenyum Dira masuk kekamar. ( Dira terasa pusing,
memegang kepala dan memejamkan mata )
Indri :”Hhmmh... kenapa kepalaku ini, terasa
sakit dibagian belakang, sepertinya aku benar-benar sakit. ( Dira pingsan )
Tidak lama kemudian Sabrina yaitu sepupu Dira yang sementara tinggal dirumahnya.
Tidak lama kemudian Sabrina yaitu sepupu Dira yang sementara tinggal dirumahnya.
Wati :”Dira,
kenapa kau ? hmm.. sepertinya kau pingsan” ( Sabrina lari keluar kamar )
Wati :”Tante
Rossa... Om Romi... Dira sekarang pingsan, sepertinya mereka keluar semua,
bagaimana ini ?” ( dengan wajah cemas
)
Ketika Sabrina kembali
kekamar Dira sudah membuka matanya.
Wati :”Kau sudah
bangun ?” ( sambil melotot )
Indri :”Iya,
jangan cemas aku hanya merasa pusing saja” ( tersenyum )
Diwaktu yang berbeda
April sedang duduk dan menelpon.
Dewi :”Kau tau
tidak, minggu depan aku pergi ke Australia untuk melanjutkan kuliahku, orangtuaku
juga ikut bersamaku”
Diana :”Sudah
ku duga kau akan melanjutkan ke luar negeri . pasti kalian tidak akan membawa
adikmu itu ya ?” ha... aku hanya bercanda. Sudah dulu ya” ( saat menutup telepon, Donita melihat Dira
menuju kekamar Ayah dan Ibu )
Dewi :”Heh mau
kemana kau, Ayah dan Ibu sedang keluar”
Indri :”Aku
mau minta uang untuk membeli obat”
Dewi :”Kau ini,
apakah hobimu itu hanya membeli obat-obatan saja, tidak ada yang lain hah ? kapan
kau akan membahagiakan orangtua kita kalau setiap hari kau hanya bisa menyusahkan mereka” ( Donita pergi sambil memainkan HP )
Gina :”Kemana Dira ?
sepertinya belum ada bunyi pecahan piring di dapur karena kecerobohannya”
Wati :”Baru saja
dia pergi ke rumah sakit dan tidak mau ku antar”
Raka :”Dasar anak tidak nurut, sudah Ayah bilang kan bu dia
penyakitan itu karena dia tidak pernah berolahraga dan kerjaannya hanya tidur
saja, penyakit itu jangan dimanja”
Setelah pulang dari
rumah sakit dengan wajah yang pucat dan capek Dira duduk di depan teras rumah.
Indri :”Apa
dokter memponisku terkena kanker otak ? itu tidak mungkin ?”
Kemudian hal itu Dira
bicarakan pada Ayah dan Ibunya.
Raka :”Bagaimana bu Dira terkena kanker otak”
Gina :”Sebenarnya Ibu
tidak terlalu kaget karena memang dia selalu merepotkan seperti ini !”
Keesokan harinya.
( Dira masih tidur
)
Gina :”Dira...
Dira... bangun !”
Dewi :”Bangun
Dira ! ayo cepat bangun, memang tidak ada gunanya kau tinggal di rumah ini”
( Dira pergi langsung
mengambil kain pel dengan suara kesakitan memegang kepala ) ( setelah Dira selesai mengepel Ayahnya
berkata )
Raka :”Dira daripada kau menyusahkan kami dan memalukan
keluarga kita lebih baik kau pergi dari sini”
Gina :”Pergi kau dari
rumah ini ! ( sambil mendorong )
Indri :”Ibu.. Ayah.. apa salahku ?”
Raka :”Pokoknya cepat kau pergi dari sini !”
Indri :”Baiklah,
sekarang saku tidak akan meminta kalian untuk mengobati kanker ini asalkan
izinkan aku tinggal disini” ( menangis
) ( Ayah dan Ibu menutup pagar rumah )
Beberapa hari setelah
itu.
Indri :”Kemana
lagi aku harus pergi, tidak ada satu tempatpun yang ingin ku tuju” ( kemudian Dira mencengkram kepalanya karena
pusing yang semakin parah )
Tidak lama setelah itu
turun dari angkot tiga siswa SMA yang menatap Dira dari jauh.
( mereka mendekat )
Adhytia :”Kenapa
kau, sepertinya kau sakit ?”
Riska :”Kau
terkena thalesimia, anemia atau dwarfisme ?”
( Keisha tertawa sambil memegang bahu
Helen )
Indri :”Tidak
apa-apa” ( Dira tunduk memejamkan mata
)
Adhytia :”Teman-teman
sepertinya Dia benar-benar sedang sakit, tunggu aku beli dulu obat kepala di
apotik depan”
Muthia :”Aku
takut melihat wajahnya, gembel atau prang gila ya dia ?”
( Radika berlari
membawa obat ) ( setelah obatnya diminum Dira agak membaik )
Helen :”Rumahmu
dimana ?”
( Dira hanya
menggelengkan kepala )
Adhytia :”Kalau
begitu kau sekolah dimana ?”
Indri :”Orang
tuaku yang tiga hari lalu mengusirku tidak pernah menyekolahkanku”
( Radika dan Helen
melotot terkejut )
Muthia :”Kalian
tidak tau sekarang kan banyak gembel yang triknya seperti itu untuk mendapat
iba orang”
Adhytia & Riska :”Keisha !”
Ditempat dan waktu yang
berbeda terjadi percakapan antara Radika, Keisha dan Helen.
Adhytia :”Kalian
masih ingat orang yang kemarin?”
Muthia :”Yang ku
ingat hanya bau tubuhnya”
( Radika dan Helen
melotot pada Keisha )
Riska :”Menurutku
dia terkena penyakit dikepalanya, kita harus menolongnya”
Adhytia :”Pertama
kita harus cari dulu keluarganya”
Muthia :”Bukannya
kamarin dia bilang punya kakak yang sekolah di BS1”
Mereka bertiga mencari
kakaknya, tetapi kakaknya telah pergi ke Australia, mereka berhasil menemukan
April teman kakaknya dan menceritakan tentang Dira.
Diana :”Bagaimana
ini, mereka sekeluarga kan sudag pergi ke Australia, mereka sangat tega. Lalu
bangaimana apa kau harus menelpon Donita ?”
Diana
:”Donita, adikmu kanker . sekarang disini sendirian, apakah kau tidak
kasian ? aku saja yang mendengarkannya merasa iba”
Dewi :”Benarkah ?
pasti dia sangat kesepian”
( teleponnya terputus
)
Diana :”Halo..
halo.. “
Keesokan harinya
Radika, Keisha dan Helen mengjajak Dira jalan-jalan ke taman.
Adhytia :”Oh iya Dira, April teman kakakmu itu juga
ingin menemuimu”
Riska :”Keisha
bagaimana kemarin itu apakah Ayahmu mau membantu Dira ?”
( kemudian Aprilpun
datang )
Diana :”Dira..
Dira.. kakak kemarin menelpon kakakmu, sepertinya orang tuamu juga ikut ke
Australia”
Indri :”Benarkah
? kalau begitu apakah kalian tau berapa sisa umur penderita kanker otak ?”
Riska :”Emm..
kalau tidak salah dua sampai tiga bulan”
Radika & Helen :”Kau terkena kanker otak ?”
Indri :”Iya” (
sambil mengangguk )
Muthia :”Ciyus ?
miapa ?”
Riska :”Ah kau
ini !” ( sambil menepuk pundak Keisha
)
Indri :”Sebelum
aku meninggal aku ingin sekali bertemu dengan Ayah dan Ibu”
Diana :”Tenang
saja, aku akan berusaha untuk membantumu”
Setelah kejadian itu
bantuan untuk Dira sangat banyak bahkan Keishapun sekarang ingin membantunya.
Dira sudah melakukan operasi pertamanya dan setelah operasi itu dia terlihat
membaik, walaupun belum sepenuhnya kanker itu hilang dari kepalanya. Tiga tahun
sudah berlalu sekarang Dira bekerja bersama Radika di tokonya.
( ditempat kerja )
Adhytia :”Apakah
kau suka warna merah ?”
( Dira mengangguk )
Adhytia :”Kalau
bunga warna merah ini bagaimana ?”
Indri :”Tentu
saja aku suka”
Adhytia :”Apakah
kau mau menjadi pengisi hatiku ?”
( Dira tersenyum )
Keesokan harinya Dira
tidak masuk kerja, sedangkan Radika, Helen, Keisha dan April sudah menemukan
keberadaan orang tua Dira yang sekarang sudah pulang dari Australia dan jatuh miskin.
( mereka berempat pergi
kerumah Dira yang terlihat sedang terbaring )
Keisha :”Dira..
Dira.. kenapa ?”
( kemudian Radika
menopang kepala Dira )
Radika :”Dira
kau harus kuat, sebentar lagi kau akan bertemu dengan orang tuamu”
Dira :”Benarkah itu, kalau begitu sebelum
aku tidur panjang meninggalkan kalian, sampaikan pada orangtuaku aku sangat
menyayangi mereka”
( kemudian semua orang
disana menangis dan memeluk Dira )
Sekarang Dira sudah
meninggalkan kita semua.
( Radika, Keisha, Helen
dan April bertemu dengan Ayah, Ibu dan kakak Dira )
April
:”Tante Rossa.. Om Romi.. sekarang anak yang kalian selalu tindas itu
sudah tidak ada”
Ibu Rossa :”Aku
tidak percaya, anakku... aku menyesal melakukan semua itu dulu”
Ayah Romi :”Ibu apakah kita pantas disebut orangtua ?”
Ibu Rossa :”Pokoknya
kita harus pergi ke makam anak kita”
Donita :”Adikku...
“
( mereka telah sampai
di makam ) ( Kakak, Ayah dan Ibu
menangis )
Sabrina :”Tante,
Om sebenarnya kalian tidak pantas menangisinya. Apakah kalian tidak malu
menangisi orang yang meninggal ini karena kejahatan kalian”
( Ayah, Ibu dan Kakak
menangis )
Setelah semua peristiwa
itu terjadi Ayah, Ibu dan kakak menyesal walaupun mereka sekarang hidup
berkecukupan tetap saja tidak ada kebahagiaan di hidup mereka karena Dirak tak
lagi ada.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar